Tuesday, March 17, 2009

LELAKI YANG MENGUBAH JALAN HIDUPNYA

Selasa sore itu bertepatan dengan Hari Raya Idul Adha 1427H saat berkumpul kembali di rumah sang Murabbi ditunjukkanlah saya dan teman2 sebuah album foto. Kami sangat takjub melihat foto2 yg ada di dlm album itu. Itu merupakan foto jadul berisi ttg aktivitas SDI (studi Dasar Islam) SMA 43 angkatan saya sekitar tahun 1997-an. Saat itu saya sendiri tidak ada dalam foto itu tapi banyak teman yang sangat familiar bagi saya. Terlihatlah wajah2 para sahabat saya. Saat mereka dengan semangatnya mengikuti acara SDI dengan penuh suka cita. Saat tempat yang seadanya tak menghalangi tekad mereka untuk mengadakan perubahan diri bersama Rohis. Saat wajah-wajah itu masih murni dan sinar cahaya Ilahi akan menghampiri mereka sebentar lagi….

Lalu berbagai komentar pun meluncur dari lisan2 kami…

“ Ya Alloh, ini khan si fulan..”

“ Dia ternyata anak Rohis ya…?”

“ Ya Alloh, masa bahagia ini…”

Mungkin tak sedikit dari kami yang kemudian teringat kembali akan episode2 masa lalu kami bersama Rohis…hingga saya pun terinspirasi untuk membuat tulisan ini

yang merupakan rasa bangga saya sekaligus kehilangan saya atas teman2 yang datang dan pergi….

Lelaki itu pernah menjadi idola di sekolah. Dia juga pernah menjalani hidup sebagai model di Catwalk. Dia selalu membuat hati wanita menjadi bergetar bila berdekatan dengannya. Dia yang dulu menilai bahwa anak Rohis di zaman itu adalah “manusia aneh”. Hubungannya dengan Pembina Rohis pun tak harmonis kala itu karena masalah pelajaran yang tak disukainya. Tapi dia tetap masuk Rohis karena kakak2nya adalah aktivis Rohis. Yang disukanya dari Rohis adalah rasa ukhuwah yang dinilainya saat tinggi. Namun…. Allah lebih berkuasa atas dirinya daripada dia sendiri. Hidayah-Nya tak dapat ditolak oleh siapaun pun tak bisa sembarang orang mendapatkannya. Lelaki itu pun mengubah jalan hidupnya… Tanpa disangkanya dewan alumni memilihnya menjadi Ketua Rohis!! Dia terkejut melebihi keterkejutan teman2nya yg tak pernah menyangka dia akan menjadi Ketua Rohis. Dia tidak diprediksikan saat itu, ada calon lain yang lebih dijagokan. Tetapi sekali lagi ALLAH lah Sang Maha Berkehendak. Saat itulah mulai menjadi momen perubahan bagi dirinya. Segalanya berubah begitu drastis. Dia yang seolah terlahir kembali saat hidayah itu datang, saat menjadi orang pertama di Rohis. Diapun tak kecewa saat Pembina Rohis tak menganggapnya lagi karena kecewa dengan terpilihnya dia sebagai ketua Rohis. Dia hanya berusaha untuk ikhlas dan mengemban amanah dengan sebaiknya. Juga tak terhitung berapa banyaknya air mata yang keluar saat dirinya tak dianggap oleh para pembina, tapi dia selalu mengadukan semua masalahnya kepada sang Murabbi dan Allah saja. Hingga segalanya pun berbuah manis. Saat hidayah itu selalu dia pertahankan dari serangan kefasikan dan kemunafikan. Selepas SMA dia mulai menjadi pembicara di berbagai forum kajian Islam yang memang sudah dirintisnya dari SMA. Dia pun punya beberapa halaqoh yang dibinanya. Dan para pembina itu sampai sekarang selalu membutuhkan dirinya untuk membantu adik-adiknya di Rohis. Tetapi kesibukan kerja menjadi penghalang baginya, namun bila ada undangan dari adik2 di almamaternya unttuk mengisi suatu kajian tak akan dia menolaknya. Baginya Rohis 43 mempunyai prioritas tersendiri. Karena di Rohis 43 lah dia mendapatkan hidayah dari Allah yang sampai saat ini bisa dipertahankannya dan tak akan dia tukar dengan apapun juga…di Rohis 43 lah dia telah mengubah jalan hidupnya…Ya Allah berikanlah hidayahmu kepada kami…seperti lelaki itu…lelaki yang telah mengubah jalan hidupnya….

Lelaki yang satu ini juga begitu. Dia juga telah mengubah jalan hidupnya. Tanpa disangkanya saat dia masih duduk di kelas dua SMA dia terpilih menjadi ketua Rohis. Dia benar2 terkejut saat itu. Dan dia merasa asing. Saat dia diajak oleh alumni mengikuti sebuah rapat perdananya untuk menyusun kepengurusan dia masih merasa asing. Pikirannya masih sering bertanya-tanya, kenapa dia yang terpilih? Tetapi alumni tak bisa memberikan jawaban yang pasti. Hanya ada satu jawaban baginya, terpilihnya dia menjadi ketua Rohis merupakan hasil keputusan bersama alumni. Dan dia pun menerima saja.

Dulu mungkin tak sedikitpun terbersit dalam benaknya dia akan menjadi ketua Rohis. Mengingat masa-masa remaja yang dilaluinya dengan penuh kesia-siaan. Kongkow bersama teman-temannya merupakan suatu kepastian. Merokok sudah menjadi keseharian. Menggoda wanita, tawuran, minuman keras (walaupun dia hanya pernah meminumnya sekali), tawuran, menjadi aktivitas dia bersama teman2nya. Tapi yang selalu diingatnya, sholat tetap tak lepas juga dari kesehariannya. Hingga menjelang masuk SMA, dia bertekad akan mengadakan perubahan dan berbuat lebih baik lagi bila diterima di sebuah SMA. Dia pun diterima di SMA 43. Rohis menjadi pilihan ekskurnya saat itu, karena mengikuti ekskur di 43 menjadi suatu kewajiban dan dia menilai hanya Rohislah ekskur yang santai. Duduk, mendengarkan, lalu pulang. Maka mulailai dia bergabung dengan Rohis. Dia tetap kongkow bersama teman2nya, tapi tidak merokok lagi karena dia pernah sakit akibat rokok.

Semuanya pun berubah dan tak sama lagi sejak dia terpilih menjadi ketua Rohis. Dia telah mengubah jalan hidupnya. Dia tidak lagi kongkow bersama teman2nya, sepenuhnya dia kongkow bersama anak2 Rohis. Bila dulu jalanan yang menjadi tempat kongkownya maka sekarang Masjid yang menjadi tempat kongkownya. Semua kegiatan Rohis diikutinya dengan baik dan seiring dengan itu pula cahaya Allah semakin tertanam kuat dalam jiwanya. Hingga selepas sekolah, di kampus dia dipercayakan menjadi ketua LDK kembali. Dia juga menjadi pengurus Cabang termuda suatu Partai. Dia aktif mengikuti berbagai macam syuro dan kajian. Semua orang merasa nyaman dan asyik bila bersamanya. Semua orang merasa perlu bantuannya. Saya yang pernah melihat inbox Hp-nya pernah berkomentar, “Ya Ampun akhi, isi sms antum kalo ga dimintain bantuan pasti ada syuro,” Dan dia hanya tersenyum saja. Baginya menghadiri syuro bisa mencegah stagnanisasi pikirannya dan membantu orang lain adalah kewajibannya. Ya Allah, akhi semua saya yang sempat bekerjasama dengannya memang merasakan bahwa dia adalah orang yang baik. Dia pun berkata, “ Ya Akhi, Allah telah memberikan hidayah-Nya yang Mahal pada saya, bukankah sepatutnya saya juga harus terus berdakwah mensyiarkan agama-Nya sebagai balasan kecil dari saya?”. Tak ada lelah pada dirinya yang membuat saya semakin takjub. Seberat apapun medannya, jika suatu acara atau syuro itu dinilainya penting pasti dia akan datang. Dan dia tidak setengah2 dalam syuro ataupun mengikuti acara. Ya Akhi…hidayah itu begitu indahkah? Hingga kau tak mau menukarnya? Ya Allah berikanlah setitik hidayah dari cahaya-Mu…Seperti lelaki ini, sehingga dia telah mengubah jalan hidupnya…

Lelaki ini pun juga punya cerita. Dia juga telah mengubah jalan hidupnya. Dulu dia adalah pemuda yang sangat taat sekali kepada Allah. Semua orang mengenalnya sebagai anak yang sholeh dan alim. Setiap melihat dirinya pasti langsung membayangkan kebaikan pada dirinya. Dia yang menjauhi keharaman dengan tidak pacaran, dia yang menjauhi kemakruhan dengan tidak merokok, dan dia yang sangat bijak sekali dengan petuah-petuahnya yang selalu diberikan kepada teman-temannya. Dia juga gemar membaca Al-Qur’an. Tak jarang matanya akan berkaca-kaca bila sedang membaca Al-Qur’an. Pun sholatnya akan lama sekali karena kekhusu’annya. Tak ada rasanya yang tidak baik pada dirinya. Dia merasa Allah telah memberinya hidayah.

Tapi keputusan Alumni yang tak memilihnya menjadi ketua Rohis mengubah segalanya. Dia menjadi amat sangat kecewa. Semua teman-temannya di Rohis sudah menyangka bahwa dia yang akan menjadi ketua Rohis. Tapi alumni mempunyai keputusan lain. Dan dia merasa perbuatannya selama ini menjadi sia2. Tak lama lelaki ini mengubah jalan hidupnya. Dia tak aktif lagi di Rohis. Teman-temannya melihat dia mulai merokok terang-terangan. Dia pun mulai berpacaran. Kelakuannya menjadi semakin aneh bila ketua rohis terpilih lewat di depannya. Dia telah menghancurkan pondasi keimanannya yang selama ini telah dia bangun. Dia menghancurkannya hanya karena rasa kecewa. Hingga saat ini dia masih terus begitu. Tak ada lagi bening kaca di matanya saat dia membaca Al-Qur’an. Tak ada lagi petuah bijak yang meluncur dari lisannya. Tak ada lagi sosok sholeh dirinya yang dulu. Dan hidayah…mungkin sudah tak tahu kemana perginya. Ya Allah, kenapa hanya dengan rasa kecewa dia rela menukar hidayah yang sudah ada pada dirinya? Jangan jadikan kami seperti dirinya Ya Allah…seperti, lelaki yang telah mengubah jalan hidupnya itu.

Sama juga dengan lelaki ini. Dia dulu terkenal dengan interaksi yang sangat intens dengan Al-Qur’an. Tilawah baginya merupakan kebutuhan sehari-hari seperti layaknya makan dan minum. Dia pun mengikuti bimbingan tahsin di sebuah Masjid terkenal di daerah Bangka. Hingga lulus dia pun melanjutkannya dengan mengikuti program Tahfidz, yaitu program menghafal Al-Qur’an. Setiap ada temannya yang salah dalam membaca Al-Qur’an pasti dia akan mengkoreksinya. Dia juga menjadi orang yang paling galak terhadap teman-temannya yang terlambat datang ke pengajian. Dia yang selalu mengingatkan teman2nya untuk tetap berdoa pada Allah agar jangan menukar hidayah dengan apapun jua. Dia yang sering mengajak teman-temannya untuk sholat tepat waktu. Dia yang dianggap paling alim oleh teman-temannya…

Tak disangka dan terduga, kejumudan kemudian datang kepadanya. Dia mulai memberikan banyak alasan untuk tidak datang pengajian. Saat membaca Al-Qur’an terasa ingin selalu cepat2 selesai. Kursus tahfidznya terbengkalai sehingga terpaksa ditunda. Dia pun mulai sering terlihat memakai celana yang memperlihatkan auratnya. Dia juga pernah terpergok sedang naik motor memboncengi seorang perempuan yang sangat diyakini perempuan itu bukan muhrimnya. Hingga saat itu pun tiba juga. Saat tanpa alasan yang jelas dia tidak menghadiri pengajian lagi. Dia selalu menghindar bila bertemu dengan teman-teman satu pengajiannya. Dia tak pernah membalas sms teman2nya yang menanyakan ketidakhadirannya dalam pengajian. Dia yang tiba2 sulit untuk dihubungi. Dia yang kepergok sedang berduaan dengan perempuan di rumahnya dengan jarak yang sangat dekat. Dia yang berani memakai celana yang memperlihatkan aurat di depan umum. Dia yang…dan hidayah itu seolah menguap dari dirinya. Walaupun memang dia tidak meninggalkan sholat, tapi dia telah meninggalkan dunia dakwah yang dulu sempat dia jalani. Dia tidak ingin aktif di suatu wadah manapun juga. Dia yang berkata, “ Saya hanya ingin menjadi orang biasa saja…”. Orang biasa seperti apa? Orang biasa yang tidak mendapatkan hidayah? Ya Allah, kenapa hidayah itu bisa hilang pada dirinya? Ya Allah jangan kau ambil hidayah pada diri kami seperti lelaki yang telah mengubah jalan hidupnya itu…

Dan masih banyak lagi cerita tentang lelaki yang telah mengubah jalan hidupnya…

Lelaki yang mengubah jalan hidupnya untuk mendapatkan cahaya ataupun lelaki yang mengubah jalan hidupnya untuk meninggalkan hidayah…

Ya Akhi, semuanya adalah antum yang memutuskan. Allah telah memberi sarananya. Allah hanya menyediakan jalannya. Kita lah yang suatu saat harus menentukan dan memilihnya.

Ya akhi, janganlah kita tukar hidayah yang sudah kita dapat dengan apapun jua. Sekalipun itu dengan gunung emas. Hidayah tak ada kesempatan keduanya akhi. Hidayah terlalu mahal untuk ditukar dengan apapun. Dan Allah telah berfirman bahwa Allah hanya memberikan hidayah bagi yang Dia kehendaki saja.

“ Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah Memberi Petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya, dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk. “

(QS. Al-Qashash ayat 56)

Ya Akhi, bila kita belum mendapatkan hidayah, maka berdoalah dengan sungguh2 kepada Allah. Karena hanya Dialah yang bisa memberikannya. Jika kita layak maka Dia akan memberinya tapi bila tidak semoga Allah telah menyusun rencana yang baik untuk diri kita. Pun jika hidayah sudah ada pada diri kita, pertahankanlah sekuat dan semampu dirimu. Hidayah yang telah kita dapatkan masih bisa hilang jika kita tidak menjaganya dengan baik. Hilang bila kita kembali kepada kemaksiatan yang pernah kita lakukan dulu.

Ya Akhi, dunia ini indah menipu. Semua orang memang ingin meraihnya, tetapi semua manusia yang mendapatkan dunia adalah suatu kesemuan. Seolah kita memang meraih segalanya, tapi percayalah bahwa semua itu adalah fatamorgana di mata Allah. Dunia tak lebih dari wanita tua yang berdandan dengan cantik. Jangan kita tertipu akhi.

Ya Akhi, jadilah lelaki yang mengubah jalan hidupnya. Tapi mengubahnya menuju kebaikan bukan keburukan. Tukarlah segala apa pun yang kau punya dengan hidayah Allah. Sekalipun orang2 menilai kau sudah tidak punya apa2 lagi, tapi sesungguhnya kau masih mempunyai Allah. Dialah yang Maha Mempunyai segalanya. Ya akhi jadilah lelaki itu…

Wajah2 di foto itu pun terasa memberikan sensasi lain di hati saya. Saya menghitungnya. Dari sekian banyak wajah2 penuh cahaya itu hanya segelintir orang saja yang bisa terus mempertahankan hidayahnya. Rasa itu makin menusuk hati saya. Rasa kehilangan teman seperjuangan dan rasa bangga terhadap mereka yang bisa mempertahankannya.

Ya Allah, berikanlah hidayah kepada kami yang belum mendapatkannya dan bantulah kami menjaga hidayah ini bagi kami yang telah mendapatkannya. Karena hanya Engkaulah Tuhan tempat segala pinta dan harap berkumpul……

Robbanaa La tuzigh kuluubanaa ba’da idzhadaytanaa wa hablana milladunka rohmatan innaka antal wahhaab

“ (Mereka berdoa), “Ya Tuhan Kami, jadikanlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau Beri petunjuk kepada Kami, dan karuniakanlah kepada kami Rahmat dari Sisi Engkau, karena sesungguhnya Engkau-lah Maha Pemberi (Karunia).”



Jakarta, 15 Jan. 06, 23.29 wib ditemani nasyid NM

Saat mengenang seorang sahabat…

LELAKI YANG TELAH MERUBAH JALAN HIDUPNYA

Selasa sore itu bertepatan dengan Hari Raya Idul Adha 1427H saat berkumpul kembali di rumah sang Murabbi ditunjukkanlah saya dan teman2 sebuah album foto. Kami sangat takjub melihat foto2 yg ada di dlm album itu. Itu merupakan foto jadul berisi ttg aktivitas SDI (studi Dasar Islam) SMA 43 angkatan saya sekitar tahun 1997-an. Saat itu saya sendiri tidak ada dalam foto itu tapi banyak teman yang sangat familiar bagi saya. Terlihatlah wajah2 para sahabat saya. Saat mereka dengan semangatnya mengikuti acara SDI dengan penuh suka cita. Saat tempat yang seadanya tak menghalangi tekad mereka untuk mengadakan perubahan diri bersama Rohis. Saat wajah-wajah itu masih murni dan sinar cahaya Ilahi akan menghampiri mereka sebentar lagi….

Lalu berbagai komentar pun meluncur dari lisan2 kami…

“ Ya Alloh, ini khan si fulan..”

“ Dia ternyata anak Rohis ya…?”

“ Ya Alloh, masa bahagia ini…”

Mungkin tak sedikit dari kami yang kemudian teringat kembali akan episode2 masa lalu kami bersama Rohis…hingga saya pun terinspirasi untuk membuat tulisan ini

yang merupakan rasa bangga saya sekaligus kehilangan saya atas teman2 yang datang dan pergi….

Lelaki itu pernah menjadi idola di sekolah. Dia juga pernah menjalani hidup sebagai model di Catwalk. Dia selalu membuat hati wanita menjadi bergetar bila berdekatan dengannya. Dia yang dulu menilai bahwa anak Rohis di zaman itu adalah “manusia aneh”. Hubungannya dengan Pembina Rohis pun tak harmonis kala itu karena masalah pelajaran yang tak disukainya. Tapi dia tetap masuk Rohis karena kakak2nya adalah aktivis Rohis. Yang disukanya dari Rohis adalah rasa ukhuwah yang dinilainya saat tinggi. Namun…. Allah lebih berkuasa atas dirinya daripada dia sendiri. Hidayah-Nya tak dapat ditolak oleh siapaun pun tak bisa sembarang orang mendapatkannya. Lelaki itu pun mengubah jalan hidupnya… Tanpa disangkanya dewan alumni memilihnya menjadi Ketua Rohis!! Dia terkejut melebihi keterkejutan teman2nya yg tak pernah menyangka dia akan menjadi Ketua Rohis. Dia tidak diprediksikan saat itu, ada calon lain yang lebih dijagokan. Tetapi sekali lagi ALLAH lah Sang Maha Berkehendak. Saat itulah mulai menjadi momen perubahan bagi dirinya. Segalanya berubah begitu drastis. Dia yang seolah terlahir kembali saat hidayah itu datang, saat menjadi orang pertama di Rohis. Diapun tak kecewa saat Pembina Rohis tak menganggapnya lagi karena kecewa dengan terpilihnya dia sebagai ketua Rohis. Dia hanya berusaha untuk ikhlas dan mengemban amanah dengan sebaiknya. Juga tak terhitung berapa banyaknya air mata yang keluar saat dirinya tak dianggap oleh para pembina, tapi dia selalu mengadukan semua masalahnya kepada sang Murabbi dan Allah saja. Hingga segalanya pun berbuah manis. Saat hidayah itu selalu dia pertahankan dari serangan kefasikan dan kemunafikan. Selepas SMA dia mulai menjadi pembicara di berbagai forum kajian Islam yang memang sudah dirintisnya dari SMA. Dia pun punya beberapa halaqoh yang dibinanya. Dan para pembina itu sampai sekarang selalu membutuhkan dirinya untuk membantu adik-adiknya di Rohis. Tetapi kesibukan kerja menjadi penghalang baginya, namun bila ada undangan dari adik2 di almamaternya unttuk mengisi suatu kajian tak akan dia menolaknya. Baginya Rohis 43 mempunyai prioritas tersendiri. Karena di Rohis 43 lah dia mendapatkan hidayah dari Allah yang sampai saat ini bisa dipertahankannya dan tak akan dia tukar dengan apapun juga…di Rohis 43 lah dia telah mengubah jalan hidupnya…Ya Allah berikanlah hidayahmu kepada kami…seperti lelaki itu…lelaki yang telah mengubah jalan hidupnya….

Lelaki yang satu ini juga begitu. Dia juga telah mengubah jalan hidupnya. Tanpa disangkanya saat dia masih duduk di kelas dua SMA dia terpilih menjadi ketua Rohis. Dia benar2 terkejut saat itu. Dan dia merasa asing. Saat dia diajak oleh alumni mengikuti sebuah rapat perdananya untuk menyusun kepengurusan dia masih merasa asing. Pikirannya masih sering bertanya-tanya, kenapa dia yang terpilih? Tetapi alumni tak bisa memberikan jawaban yang pasti. Hanya ada satu jawaban baginya, terpilihnya dia menjadi ketua Rohis merupakan hasil keputusan bersama alumni. Dan dia pun menerima saja.

Dulu mungkin tak sedikitpun terbersit dalam benaknya dia akan menjadi ketua Rohis. Mengingat masa-masa remaja yang dilaluinya dengan penuh kesia-siaan. Kongkow bersama teman-temannya merupakan suatu kepastian. Merokok sudah menjadi keseharian. Menggoda wanita, tawuran, minuman keras (walaupun dia hanya pernah meminumnya sekali), tawuran, menjadi aktivitas dia bersama teman2nya. Tapi yang selalu diingatnya, sholat tetap tak lepas juga dari kesehariannya. Hingga menjelang masuk SMA, dia bertekad akan mengadakan perubahan dan berbuat lebih baik lagi bila diterima di sebuah SMA. Dia pun diterima di SMA 43. Rohis menjadi pilihan ekskurnya saat itu, karena mengikuti ekskur di 43 menjadi suatu kewajiban dan dia menilai hanya Rohislah ekskur yang santai. Duduk, mendengarkan, lalu pulang. Maka mulailai dia bergabung dengan Rohis. Dia tetap kongkow bersama teman2nya, tapi tidak merokok lagi karena dia pernah sakit akibat rokok.

Semuanya pun berubah dan tak sama lagi sejak dia terpilih menjadi ketua Rohis. Dia telah mengubah jalan hidupnya. Dia tidak lagi kongkow bersama teman2nya, sepenuhnya dia kongkow bersama anak2 Rohis. Bila dulu jalanan yang menjadi tempat kongkownya maka sekarang Masjid yang menjadi tempat kongkownya. Semua kegiatan Rohis diikutinya dengan baik dan seiring dengan itu pula cahaya Allah semakin tertanam kuat dalam jiwanya. Hingga selepas sekolah, di kampus dia dipercayakan menjadi ketua LDK kembali. Dia juga menjadi pengurus Cabang termuda suatu Partai. Dia aktif mengikuti berbagai macam syuro dan kajian. Semua orang merasa nyaman dan asyik bila bersamanya. Semua orang merasa perlu bantuannya. Saya yang pernah melihat inbox Hp-nya pernah berkomentar, “Ya Ampun akhi, isi sms antum kalo ga dimintain bantuan pasti ada syuro,” Dan dia hanya tersenyum saja. Baginya menghadiri syuro bisa mencegah stagnanisasi pikirannya dan membantu orang lain adalah kewajibannya. Ya Allah, akhi semua saya yang sempat bekerjasama dengannya memang merasakan bahwa dia adalah orang yang baik. Dia pun berkata, “ Ya Akhi, Allah telah memberikan hidayah-Nya yang Mahal pada saya, bukankah sepatutnya saya juga harus terus berdakwah mensyiarkan agama-Nya sebagai balasan kecil dari saya?”. Tak ada lelah pada dirinya yang membuat saya semakin takjub. Seberat apapun medannya, jika suatu acara atau syuro itu dinilainya penting pasti dia akan datang. Dan dia tidak setengah2 dalam syuro ataupun mengikuti acara. Ya Akhi…hidayah itu begitu indahkah? Hingga kau tak mau menukarnya? Ya Allah berikanlah setitik hidayah dari cahaya-Mu…Seperti lelaki ini, sehingga dia telah mengubah jalan hidupnya…

Lelaki ini pun juga punya cerita. Dia juga telah mengubah jalan hidupnya. Dulu dia adalah pemuda yang sangat taat sekali kepada Allah. Semua orang mengenalnya sebagai anak yang sholeh dan alim. Setiap melihat dirinya pasti langsung membayangkan kebaikan pada dirinya. Dia yang menjauhi keharaman dengan tidak pacaran, dia yang menjauhi kemakruhan dengan tidak merokok, dan dia yang sangat bijak sekali dengan petuah-petuahnya yang selalu diberikan kepada teman-temannya. Dia juga gemar membaca Al-Qur’an. Tak jarang matanya akan berkaca-kaca bila sedang membaca Al-Qur’an. Pun sholatnya akan lama sekali karena kekhusu’annya. Tak ada rasanya yang tidak baik pada dirinya. Dia merasa Allah telah memberinya hidayah.

Tapi keputusan Alumni yang tak memilihnya menjadi ketua Rohis mengubah segalanya. Dia menjadi amat sangat kecewa. Semua teman-temannya di Rohis sudah menyangka bahwa dia yang akan menjadi ketua Rohis. Tapi alumni mempunyai keputusan lain. Dan dia merasa perbuatannya selama ini menjadi sia2. Tak lama lelaki ini mengubah jalan hidupnya. Dia tak aktif lagi di Rohis. Teman-temannya melihat dia mulai merokok terang-terangan. Dia pun mulai berpacaran. Kelakuannya menjadi semakin aneh bila ketua rohis terpilih lewat di depannya. Dia telah menghancurkan pondasi keimanannya yang selama ini telah dia bangun. Dia menghancurkannya hanya karena rasa kecewa. Hingga saat ini dia masih terus begitu. Tak ada lagi bening kaca di matanya saat dia membaca Al-Qur’an. Tak ada lagi petuah bijak yang meluncur dari lisannya. Tak ada lagi sosok sholeh dirinya yang dulu. Dan hidayah…mungkin sudah tak tahu kemana perginya. Ya Allah, kenapa hanya dengan rasa kecewa dia rela menukar hidayah yang sudah ada pada dirinya? Jangan jadikan kami seperti dirinya Ya Allah…seperti, lelaki yang telah mengubah jalan hidupnya itu.

Sama juga dengan lelaki ini. Dia dulu terkenal dengan interaksi yang sangat intens dengan Al-Qur’an. Tilawah baginya merupakan kebutuhan sehari-hari seperti layaknya makan dan minum. Dia pun mengikuti bimbingan tahsin di sebuah Masjid terkenal di daerah Bangka. Hingga lulus dia pun melanjutkannya dengan mengikuti program Tahfidz, yaitu program menghafal Al-Qur’an. Setiap ada temannya yang salah dalam membaca Al-Qur’an pasti dia akan mengkoreksinya. Dia juga menjadi orang yang paling galak terhadap teman-temannya yang terlambat datang ke pengajian. Dia yang selalu mengingatkan teman2nya untuk tetap berdoa pada Allah agar jangan menukar hidayah dengan apapun jua. Dia yang sering mengajak teman-temannya untuk sholat tepat waktu. Dia yang dianggap paling alim oleh teman-temannya…

Tak disangka dan terduga, kejumudan kemudian datang kepadanya. Dia mulai memberikan banyak alasan untuk tidak datang pengajian. Saat membaca Al-Qur’an terasa ingin selalu cepat2 selesai. Kursus tahfidznya terbengkalai sehingga terpaksa ditunda. Dia pun mulai sering terlihat memakai celana yang memperlihatkan auratnya. Dia juga pernah terpergok sedang naik motor memboncengi seorang perempuan yang sangat diyakini perempuan itu bukan muhrimnya. Hingga saat itu pun tiba juga. Saat tanpa alasan yang jelas dia tidak menghadiri pengajian lagi. Dia selalu menghindar bila bertemu dengan teman-teman satu pengajiannya. Dia tak pernah membalas sms teman2nya yang menanyakan ketidakhadirannya dalam pengajian. Dia yang tiba2 sulit untuk dihubungi. Dia yang kepergok sedang berduaan dengan perempuan di rumahnya dengan jarak yang sangat dekat. Dia yang berani memakai celana yang memperlihatkan aurat di depan umum. Dia yang…dan hidayah itu seolah menguap dari dirinya. Walaupun memang dia tidak meninggalkan sholat, tapi dia telah meninggalkan dunia dakwah yang dulu sempat dia jalani. Dia tidak ingin aktif di suatu wadah manapun juga. Dia yang berkata, “ Saya hanya ingin menjadi orang biasa saja…”. Orang biasa seperti apa? Orang biasa yang tidak mendapatkan hidayah? Ya Allah, kenapa hidayah itu bisa hilang pada dirinya? Ya Allah jangan kau ambil hidayah pada diri kami seperti lelaki yang telah mengubah jalan hidupnya itu…

Dan masih banyak lagi cerita tentang lelaki yang telah mengubah jalan hidupnya…

Lelaki yang mengubah jalan hidupnya untuk mendapatkan cahaya ataupun lelaki yang mengubah jalan hidupnya untuk meninggalkan hidayah…

Ya Akhi, semuanya adalah antum yang memutuskan. Allah telah memberi sarananya. Allah hanya menyediakan jalannya. Kita lah yang suatu saat harus menentukan dan memilihnya.

Ya akhi, janganlah kita tukar hidayah yang sudah kita dapat dengan apapun jua. Sekalipun itu dengan gunung emas. Hidayah tak ada kesempatan keduanya akhi. Hidayah terlalu mahal untuk ditukar dengan apapun. Dan Allah telah berfirman bahwa Allah hanya memberikan hidayah bagi yang Dia kehendaki saja.

“ Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah Memberi Petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya, dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk. “

(QS. Al-Qashash ayat 56)

Ya Akhi, bila kita belum mendapatkan hidayah, maka berdoalah dengan sungguh2 kepada Allah. Karena hanya Dialah yang bisa memberikannya. Jika kita layak maka Dia akan memberinya tapi bila tidak semoga Allah telah menyusun rencana yang baik untuk diri kita. Pun jika hidayah sudah ada pada diri kita, pertahankanlah sekuat dan semampu dirimu. Hidayah yang telah kita dapatkan masih bisa hilang jika kita tidak menjaganya dengan baik. Hilang bila kita kembali kepada kemaksiatan yang pernah kita lakukan dulu.

Ya Akhi, dunia ini indah menipu. Semua orang memang ingin meraihnya, tetapi semua manusia yang mendapatkan dunia adalah suatu kesemuan. Seolah kita memang meraih segalanya, tapi percayalah bahwa semua itu adalah fatamorgana di mata Allah. Dunia tak lebih dari wanita tua yang berdandan dengan cantik. Jangan kita tertipu akhi.

Ya Akhi, jadilah lelaki yang mengubah jalan hidupnya. Tapi mengubahnya menuju kebaikan bukan keburukan. Tukarlah segala apa pun yang kau punya dengan hidayah Allah. Sekalipun orang2 menilai kau sudah tidak punya apa2 lagi, tapi sesungguhnya kau masih mempunyai Allah. Dialah yang Maha Mempunyai segalanya. Ya akhi jadilah lelaki itu…

Wajah2 di foto itu pun terasa memberikan sensasi lain di hati saya. Saya menghitungnya. Dari sekian banyak wajah2 penuh cahaya itu hanya segelintir orang saja yang bisa terus mempertahankan hidayahnya. Rasa itu makin menusuk hati saya. Rasa kehilangan teman seperjuangan dan rasa bangga terhadap mereka yang bisa mempertahankannya.

Ya Allah, berikanlah hidayah kepada kami yang belum mendapatkannya dan bantulah kami menjaga hidayah ini bagi kami yang telah mendapatkannya. Karena hanya Engkaulah Tuhan tempat segala pinta dan harap berkumpul……

Robbanaa La tuzigh kuluubanaa ba’da idzhadaytanaa wa hablana milladunka rohmatan innaka antal wahhaab

“ (Mereka berdoa), “Ya Tuhan Kami, jadikanlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau Beri petunjuk kepada Kami, dan karuniakanlah kepada kami Rahmat dari Sisi Engkau, karena sesungguhnya Engkau-lah Maha Pemberi (Karunia).”



Jakarta, 15 Jan. 06, 23.29 wib ditemani nasyid NM

Saat mengenang seorang sahabat…

MASA BAHAGIA

Minggu pagi itu dalam tenangnya suasana alam dan semilirnya angin bertiup, munculah kata2 yg meluncur dari seorang Murabbi…

“ Ya akhi,untuk mengembalikan kekuatan dakwah kita lagi maka kenanglah masa2 kejayaan kita dulu. Masa2 kalian merenda kebersamaan di dalam Rohis. Ingatlah saat susah payahnya kita mengadakan acara di Rohis.Ingatlah masa2 di mana semangat kita begitu menggebu2 untuk menegakkan dien ALLAH…”

Mata saya yang menatap lekat dua bola mata Murobbi saya mulai terasa berair. Kata2 Sang Murabbi masuk ke dalam gendang telinga saya dan terpatri disana. Teman-teman saya yang lain juga menatap lekat Murabbi dengan nanar. Otak saya pun memutar ulang peristiwa2 indah yang pernah saya alami beberapa tahun silam…

Satu malam sebelum “bundaran” ini berlangsung tepatnya malam Sabtu,23/12/05 saya sedang berpikir tentang Rohis almamater SMA saya dulu. Tentang mentoring yang kerap dihadiri oleh segelintir orang saja. “Ya ALLAH saya merasa gagal. Adakah rencana indah yang tengah Kau susun…?” bisik hati saya saat itu. Hingga esoknya mentoring saya hanya dihadiri 2 orang personil kls X saja, saya bisa maklum karena beberapa orang yg lain sedang ada keperluan. Dan setelah itu saya “curhat” dengan teman saya, “Gimana nih Mal,ane kok makin pesimis ya?” teman saya hanya terdiam.Lalu hadirlah diskusi dan rencana2 yang mungkin akan kita lakukan untuk merekrut kembali anak2 kls X,termasuk dengan rencana “gila” meneleponi mereka 1 per 1. Berapa pulsa yang akan habis….

Malam sebelum “bundaran” berlangsung saya sempatkan diri untuk mabid bersama di SMAN 3 bersama mentor2 saya yg kls3. Dlm QL saya sempatkan diri untuk berdoa pada ALLAH agar hati2 anak kls X “dilumerkan” untuk aktif di Rohis dan mentoring khususnya. Berdoa pada-Nya agar hati saya dan para binaan saya diikatkan dalam satu ikatan cinta yang dilandasi oleh kepatuhan pada diri-Nya. Saat muhasabah sebelum saya juga terisak merasa perjuangan saya untuk mengajak anak2 kls X belum maksimal…

Dan pagi ini saat “bundaran” sedang berlangsung memori tentang masa indah itu terputar kembali….

Saat saya dan teman2 (kita) mengikuti LDK Rohis yang dipenuhi dengan diskusi dan argumen2 untuk memenangkan masing2 tim. Ukhuwah menjalar di sanubari kita masing2…

Saat kita bertujuh (Saya,Aris,Camal,Fauzan,Iwan,Win,&Suprianudin) ditambah dengan 3 orang akhwatnya (Tia,Eshie,&Zakiah) tiba2 disuruh presentasi saat acara ekskur Rohis sedang berlangsung, menjadi wakil dari teman2 calon pengurus yang lain. Tanpa persiapan sama sekali,kecuali beberapa lembar proposal yang dibuat secara ngawur,para alumni saat itu (Bang Hakim,Bang Arif,Bang Yessi,Bang Irfani,Bang Firman,dll) “membantai” kami di depan para anggota Rohis.Tapi berkat kekompakan kami,pertanyaan alumni berhasil kami jawab dengan “sempurna” (aduh malunya saya saat itu yang pake baju jangkis dan ga’ pake soft lens,turun deh pamor Rohis ^_^). Kami pun mulai merasakan bahwa dengan adanya kebersamaan maka segala rintangan akan dapat kami hadapi…

Saat mulai menjadi pengurus Rohis dan mengatur acara2 Rohis dengan tekad mengembalikan predikat bahwa 43 adalah sekolah pesantren…

Saat rihlah bersama para alumni yang tanpa persiapan apapun dan tanpa banyak alasan kita langsung menuruti ajakan alumni…karena yang kita cari adalah taliful qulub (keterikatan hati anatar sesama pengurus Rohis)…

Saat beberapa bulan sebelum memasuki bulan Ramadhan, rapat menjadi sebuah keharusan. Tiada hari tanpa rapat (BT Bo’). Tapi tetap diikuti semua personil Rohis dengan suka cita…

Saat mencari dana beberapa hari sebelum ramadhan menjelang. Datang ke rumah kakak kelas dan dikasih uang Rp.20ribu yang langsung membuat kita jejingkrakan…^_^ bahkan sampai sujud syukur…sehingga menambah semangat untuk mencari dana dan membuncah keyakinan pada diri bahwa ALLAH ga’ akan membiarkan hamba-Nya berjuang tanpa kesia-siaan….(Loves ALLAH…)

Saat dengan teganya sang bendahara GEMA memodali Rp.5ribu per kelompok (1 kelompok 3 orang) untuk mencari dana ke 10 donatur yang rumahnya jauh2,dan dana itu untuk satu minggu…!!! Teganya….^_^ Tapi semngat tetap membara di dada kita…

Saat ramadhan tiba,mulailah kenal dengan yang namanya makan di warteg (first moment) berbekal lauk seadanya saat saur. Piket bergantian dan mengambil makanan di rumah Pak Asmit (thank you) sampai sempat dimarahi Pak Asmit karena yang namanya nampan,piring,dan teko nggak pernah dipulangin tepat waktu…^_^ saat saur kedapatan kecoa dalam nasi yang dipesan…(ih jijay) bela2in syuro sampai tengah malam untuk nyusun rencana cari dana sampai pas pulang kepergok sama gerombolan anak2 muda yang bawa parang,clurit,dorlop (ih tatut) yang mau tawuran,tapi saat bilang anak Rohis langsung aman….

Saat sebelum SWARA, Yadi nelepon saya untuk ikut survey villa SWARA.Dan untuk pertama kalinya dalam hidup saya,saya bolos sekolah!! ^_^ Dari rumah izin berangkat sekolah tapi ngumpet di gang samping 43 dekat malino tungguin anak2 yang juga mau bolos and ikut survey bareng (nakal ya!) sampai disana diceritain kejadian menyeramkan sama penjaga vilanya dan melihat ular mati di atas batu saat mau ke sungai. Yang paling heboh saat saya dan yadi digosipin kecelakaan saat survey oleh penelepon gelap. Sampai Bu Imas marahin Camal (emang enak ya Mal),anak2 rohis pd cemas,di rumah udah dibacain yasin dan dibayangin yang ngak2,eh tau2nya muncul saat usai taraweh dengan keadaan yang segar bugar yang bikin teman2 pd melongo dan ga’ yakin bhw kita mash idup…alangkah lucunya….

Saat SWARA menjelang yang mulai perang urat syaraf dengan sesama pengurus karena perbedaan pendapat…jalan ke villa kira2 dari 43 ke guntur (jauh banget bo’) mana harus bawa peralatan yang segede2 alaihim. Tapi tetep dijalani dengan ikhlas. Trus panitia kehabisan makan saur dan buka yang terpaksa saur dan buka dengan ciki,wafer,dan kacang (ga’ akan terlupakan) gara2 kompornya dipinjem buat jualan Pop Mie ^_^ jatah jagung buat kesejahteraan panitia juga dilahap abiz sama alumni….aduh makin tambah gondok…sampai2 ada kejadian mistis saat ada seorang peserta yang kerasukan jin dan teriak2. Sampe bu Imas bilang “Jin nya susah keluar nih,” Trus karena ga ada azan tiba2 buka aja eh ga’ taunya setelah makan azan baru kedengeran….cuci piring yang bertumpuk-tumpuk yang serasa ga ada abiz2nya….sampe sempet ngomel2…. “akhwat jangan ngerjain kita dong….” Semuanya ga’ akan pernah terlupakan.

Saat seusai SWARA Pas evaluasi….”Afwan ane keilangan tutup termos”, “sendok ane selusin ilang”. “wajan ane masih cemong”. “Tutup panci ane ga’ ada…” Ah adah2 aja…Kalo inget ini jadi ketawa sendiri…

Saat mabit bareng di alhikmah untuk pertama kalinya yang ga’ tau kalo bacaan sholatnya puuuuaaaaannnnnjaaaaaaanngggg daaaannnn lllaaaaaaaamaaaaaa…..^_^ sampe ga’ tahan….tapi itu jadi awal momen untuk terus QL di Alhikmah…

Saat muqoyam di Javanaspa dan harus jalan sendirian di tengah hutan belantara malam harinya….(ih syeereem). Ngeliat lampu badai jalan sendiri…dan salah jalur….Tapi menanamkan syaja’ah (keberanian) pd diri ini…

Saat setelah Ebtanas hari terakhir usai…semua pengurus yang masih aktif dan nggak kumpul dulu untuk memberikan tausiyah dan kesan terhadap Rohis untuk terakhir kalinya…diakhiri dengan makan nasi warteg bareng2….betapa ukhuwahnya….

Saat rihlah ke KRB dan di puncak acara sebelum pulang saat games tatapan wajah akhwatnya saling menangis karena nggak ingin kehilangan ukhuwah ini dan sahabat yang ada di Rohis…Hiks…hiks…hiks…

Saat mabid bareng di rumah Fauzan…

Saat gagal bersama di UMPTN…

Saat disidang alumni karena ketahuan ikhwan dan akhwat foto bareng…

Saat jadi panitia dauroh di sekolah alam dan bawa jaket almamater sendiri2…

Saat mendirikan TPA dengan biaya yang kolekan…

Saat jualan baju2 bekas yang hasilnya ditujukan untuk mujahidin di Afghanista….

Saat….saat….saat….saat….

Ah betapa banyak kenangan indah di Masa bahagia itu…mungkin dengan sedikit mengingat masa bahagia itu sejenak jejak langkah kaki kita yang rapuh di jalan dakwah saat ini bisa kuat kembali….

Dengan mengingat masa bahagia itu azzam kita semakin kuat untuk membuat masa2 bahagia itu terulang kembali….

Ya ALLAH bantulah hamba-Mu….dan jadilah saksi atas tekad hamba-Mu ini….

Saksikanlah Ya ALLAH………….


Jakarta,28 Des. 05

05.50 am bada sholat subuh

dan saat denger Opick feat Amanda…

Alangkah indahnya….

I JUST WANNA BE AN ORDINARY PEOPLE

“ I just wanna be an ordinary people…”

Kalimat itu sempat saya tulis besar-besar di sebuah buku ukuran setengah halaman A4 dengan kover berwarna biru. Buku yang selalu menemani kegiatan sehari-hari saya. Tempat menumpahkan segala hal tentang diri saya. Tempat “curhat” teraman bagi diri saya.

Why? Saya benar-benar merasa capek dan lelah dalam berdakwah. Saya merasa gagal. Segala usaha yang selalu saya rancang dengan penuh pertimbangan selalu tidak membuahkan hasil. Segala rencana yang berujung indah ternyata hanya berujung kegagalan. Hingga saya merasa bersalah, kecewa, dan gagal.

“ Gimana nih Bang, anak kelas X nya nggak ada yang mau ikut dauroh?”

“ Bang kok acara yang udah kita konsep bareng peminatnya sedikit ya?”

“ Yass, Ibu dapat teguran dari guru-guru yang lain kalau pengajar Bina Rohis guru-gurunya sering nggak datang,”

“ Afwan Akh, antum sudah gagal total,”

Ya Allah!

Belum lagi permasalahan saya dengan dakwah selesai, datang lagi tuntutan dari orang tua kepada saya. Saya mendapatkan teguran karena dianggap terlalu mementingkan orang lain sehingga tidak mengurus diri sendiri. Tuntutan ekonomi dari orang tua pun juga mendera saya.

“ Jangan terlalu banyak kegiatan mending kamu cari kerja,”

“ Bantu Ibu bayar telepon dong,”

“ Seharusnya kamu di usia seperti ini sudah kerja, lihat tuh teman kamu itu.”

“ Cepat kerja, setelah itu pergi dari rumah ini segera, jangan seperti benalu pada orang tua,”

Ya Allah! Ya Karim!

Masalah seolah tak mau lepas dari diri saya untuk saat ini. Saat saya berharap “lingkaran kecil” yang sudah saya ikuti sejak zaman putih abu-abu dapat memberikan sedikit pencerahan pada diri saya, malah membuat hati saya semakin gundah…

“ Afwan akhi, acaranya ditunda nggak sekarang,”

“ Afwan akhi, MR kita lagi ke luar kota jadi pekan ini nggak ada acara,”

“ Kayaknya minggu ini nggak acara lagi deh akh,”

Hati saya pun semakin terasa parah bak terkena sembilu. Kalaupun acara pekanan ada hanya dihadiri segelintir orang saja, itu juga dengan waktu yang sudah tidak sesuai janji. Dan berkali-kali acara pekanan dibatalkan atau sekadar bincang-bincang saja karena kuota personilnya yang tak lengkap.

Ya Rahman! La Hawla Wala Quwwta Ila Billah…

Berikan hamba ketabahan Ya Allah…

Lalu munculah ide itu. Just wanna be an ordinary people. Saya ingin menjadi seperti orang kebanyakan. Menjalani hidup sehari-hari tanpa perlu memikirkan dakwah. Tanpa pernah merasa bersalah bila dakwah tak berhasil ditegakkan. Setelah itu fokus mencari pekerjaan dan konsentrasi penuh dengan pekerjaan yang sudah didapatkan. Terakhir berhenti total dari “lingkaran kecil” dan menjadi anggota majelis taklim saja.

Saya hanya ingin menjadi orang yang biasa saja. Seperti teman-teman biasa saya yang lain. Selesai sekolah lalu kuliah, bekerja dan menikah. Juga teman Rohis saya kebanyakan, cukup dakwah saat di Rohis atau LDK saja setelah itu konsentrasi penuh dengan dunia kerja dan mengumpulkan materi untuk masa depan. Melihat mereka yang terasa tanpa beban menjalani hari-hari mereka. Tak akan merasa bersalah bila tak ada kader dakwah yang lain lagi. Tak merasa terbebani bila acara Muharam tak berjalan dengan sukses. Tak merasa bersalah bila tak datang mengajar kajian Islam di alamamaternya dulu. Ya Allah berdosakah saya dengan timbulnya pikiran seperti itu?

Tak lama saya pun segera menemui-Nya untuk berkonsultasi juga berkeluh kesah. Saat rembulan bersinar Purnama dan suasanan hening, sejuk, dan langit ditaburi berjuta bintang. Berbekal sebuah sajadah saya pun segera menunaikan shalat sunnah dua rakaat dalam kesendirian. Memori-memori yang melatasi kegundahan saya pun terputar ulang…

Untuk dakwah di almamater SMA saya yang terasa gagal. Usaha saya untuk menhgubungi adik-adik ikhwan di kelas satu untuk ikut kegiatan mentoring ternyata nihil belaka. Berkali-kali saya teleponi mereka, dan berkali-kali nihil. Juga saat mengkonsep acara kajian semenarik mungkin dengan target peserta yang ikut seratus ternyata hanya diikuti seperduapuluhnya saja. Tak terhitung lagi berapa banyak pulsa, tenaga, dan waktu yang saya keluarkan yang terasa dalam kesiaan belaka dan berujung pada keluhan saja. Seperti apakah perasaan Nabi Nuh saat bertahun-tahun berdakwah hanya diikuti empat puluh orang saja?

Juga untuk umur saya yang semakin meningkat tetapi belum juga mendapatkan pekerjaan. Saat tuntutan ekonomi didera oleh orang tua. Saat melihat teman-teman yang lain sudah mendapatkan gelar kesarjanaan sedangkan saya harus memulai perkuliahan dari awal lagi karena sempat drop-out. Saat teman-teman dengan mudah membeli benda-benda yang mereka inginkan, sedangkan saya harus mengumpulkan uang mati-matian untuk membayar kuliah. Saat teman-teman sudah mulai saling membanggakan dirinya dengan karier yang telah mereka dapatkan sedangkan saya selalu malu bila ditanya kegiatan yang dilakukan saat ini. Saat kakak-kakak saya memberikan tenggang waktu untuk keluar dari rumah. Saat yang lain memandang jelas masa depannya sedangkan saya terasa buram memandang hal yang bernama masa depan.

Terakhir untuk tarbiyah saya yang belum benar. Saat teman-teman yang lain berlomba-lomba menggapai tingkatan marhalah dalam tarbiyah, saya seperti berjalan di tempat. Saat teman satu lingkaran sudah sukses dengan karier mereka masing-masing, hanya saya yang tertinggal sendirian. Tinggal saya yang mengasihani diri saya sendiri.

Ya Allah…kenapa kau buat segalanya jadi begini? Bukankah Engkau Maha Berkehendak? Kenapa hamba selalu merasa kekurangan rezeki? Bukankah Engkau Maha Pemberi Rezeki? Mengapa tidak segera kau bukakan pintu-pintu hati adik-adik kelasku? Bukankah Engkau Yang Maha Membolak-balikkan Hati? Kenapa lamaran kerja hamba selalu berujung pada penolakan? Bukankah Engkau akan selalu menolong hamba-Nya yang membutuhkan? Kenapa kau bedakan hamba dengan teman hamba yang lain? Kenapa Ya Allah…? Kenapa dakwah terasa berat? Kenapa hidup terasa sempit?

Saya pun hanya bisa menagis sejadi-jadinya layaknya seorang anak kecil. Bertanya terus kepada Allah atas segala hal yang terjadi pada saya saat ini. Atas gundah yang melekat di hati saya.

Pertanyaan saya pun menguap begitu saja tanpa terjawab. Saya segera bangkit kembali untuk mengakhiri qiyam saya dengan tiga rakaat witir.

Ya Allah Maafkan hamba-Mu yang Maha Dhoif ini, yang hanya bisa berkeluh kesah, yang hanya bisa menyalahkan diri-Mu. Maafkan hamba-Mu yang tak pernah sabar, yang selalu terburu-buru, dan yang selalu menginginkan sesuatu dengan cepat. Maafkanlah Ya Allah…atas segala kelancangan diri hamba…

Terasa sekali ada perbedaan setelah kewajiban sunnah yang utama setelah sholat fardhu itu saya laksanakan. Gundah saya perlahan terasa mengikis. Rasa cemas dan pesimis seolah mulai menghilang. Lumbung resah saya pun mulai berkurang dengan pasti. Di pembaringan saya merenung sejenak.

“ Bang, saya pilih ekskul Rohis saja deh, abis lebih menentramkan jiwa.”

“ Sejak ikut mentoring, alhamdulillah saya sudah mulai bisa mengontrol kelakuan buruk saya Bang,”

“ Rohis memberikan kedamaian kepada saya Bang,”

Suara-suara adik-adik kelas saya terngiang kembali. Saya pun teringat kepada mereka yang beralih ekskur ke Rohis. Yang meninggalkan kehidupan gelap mereka dan mencoba menemukan sedikit cahaya di Rohis.

Suara-suara teman-teman saya juga terngiang dengan jelas.

“ Aduh akh, semenjak kerja saya sudah nggak bisa dakwah lagi nih, terasa ada yang kurang,”

“ Akh, ana ingin dakwah lagi. Ana merasa hidup ana stagnan.”

“ Akh, ana bosan dengan rutinitas kantor, ana ingin kembali ke dakwah seperti dulu lagi.”

Mereka yang merasa kehilangan “jiwa” mereka di dalam dakwah. Mereka yang ingin kembali berdakwah kembali.

Juga komentar beberapa tetangga sebelah rumah.

“ Ibu mah beruntung banget ya punya anak yang nggak macam-macam. Nggak terjebak narkoba seperti anak saya,”

“ Untung banget ya Bu punya anak yang nggak ngelawan sama orang tuanya, nggak kayak anak saya yang sering banget ngelawan orang tua,”

Alhamdulillah…! Sgala puji hanya milikmu Ya Allah.

Saya lalu seolah menemukan kekuatan baru lagi. Secercah harapan menghampiri relung jiwa saya lagi.

Harapan untuk tetap berdakwah di SMA saya dulu.

Saya akan terus menghubungi terus adik-adik kelas saya untuk ikut mentoring. Seperduapuluh anak yang mulai komitmen akan mulai saya bina. Mungkin mereka adalah yang telah dipilih oleh Allah. Saya pun tak akan jera untuk mengkonsep acara-acara kajian semenarik mungkin walaupun hasilnya akan tetap sama. Saya yakin Allah akan bersama saya dan membantu saya. Saya harus terus optimis.

Saya juga akan mencoba setiap kesempatan kerja yang datang pada saya. Berapa lamaran pun akan terus saya buat dan kirim. Saya akan menunggu masa itu. Masa Allah menentukan waktunya untuk saya. Saya harus yakin bahwa Allah tak akan menyusahkan saya diluar kemampuan diri saya. Dan janji Allah untuk manusia yang berjalan di jalan-Nya pasti akan dipenuhi. Karena hanya Dialah yang Maha Menepati Janji.

Juga di “lingkaran kecil” saya akan berbuat yang terbaik. Mencoba memberikan tausiyah kepada mereka yang sudah mulai “menyimpang” dan saling tauladan mentauladani. Mencerahkan kembali “lingkaran” itu seperti sedia kala.

Hati saya pun berbunga-bunga kembali. Optimis menyemai kembali. Semangat tersedia lagi berjuta-juta ton. Segera saya mengambil diary biru saya. Membuka halaman terakhir yang saya tulis. Menyilangkan kalimat I just wanna be an ordinary people dan disampingnya menulis… I JUST WANNA BE A DIFFERENT PEOPLE!!

Saksikan Ya Allah…atas tekad hamba-Mu ini…***(YAS)

“ Tak ada yang lebih baik di mata Allah selain para da’i yang bertaqwa dan ikhlas hanya karena-Nya,”


Wednesday, February 22nd, 2006

Thursday, March 5, 2009

MY DAMAGE COMPUTER...(SUCKS!!!)

Aduh...duh...sebenarnya pengen banget nih bulan Maret lebih banyak nulis lagi but monitor komputer aye totally quit alias gak nyala. Digebrak dulu atasnya, nyala sebentar kemudian mati lagi. Mana inspirasi lagi banyak banget lagi nih. Akses ke komputer emang disitu doang. Mau ke rental, kadang kalo udah sampe di rental mood susah banget diciptain. So...aduh...gimana ya?? It suckss!!
FriendsterCode.Net, Free Friendster Code Resource, Friendster skins and Profile Customization,Create your own custom glitter text only with http://www.friendstercode.net/ - Image hosted by ImageShack.us